Jumat, 27 Mei 2011

*** Tips Menghadapi Cowok Penggoda ***



�Suit�suit�mau ke mana Neng?� Pernah nggak sih kamu sebagai cewek mendapat godaan seperti ini? Disuitin (emangnya burung?), disapa menggunakan kata-kata yang sepertinya sangat dipaksakan, hingga keluar kata-kata tidak senonoh or dua nonoh. Nah lho.

Mungkin yang beginian kamu alami ketika pulang sekolah dan melewati sekelompok cowok yang nongkrong di pinggir jalan. Bisa juga lagi asyik nunggu bis sekolah or mikrolet yang akan mengantar kamu pulang les. Bahkan ketika disuruh ibumu untuk beli garam di warung sebelah rumah pun nggak lepas dari godaan para cowok iseng. Oya, tempat yang rawan godaan juga buat cewek adalah mal. Di sini banyak penggoda! Ati-ati euy!

Buat kamu yang udah berkerudung en berjilbab pun, godaan itu adakalanya datang tak undang. Meski bisa dibilang skalanya agak sedikit beda dari yang nggak berjilbab. Bentuk godaan bisa berupa basa-basi dengan �pura-pura’ mengucapkan salam. Hihihi, ini taktik standar cowok usil lho. Yup, trik andalan anak cowok untuk menggoda cewek berkerudung atau yang udah berjilbab.

Hebohnya lagi, dan ini sangat mungkin lho, kalo para cowok usil itu nekatz godoain kita-kita sampe menempuh sentuhan fisik segala. Waduh! Ati-ati deh. Sayangnya, fenomena kayak gini sudah jadi menu sehari-hari kita. Coba deh lihat di sinetron. Isinya kalau nggak cowok yang ngegodain para cewek, ya, anak ceweknya yang keganjenan minta digodain. Walah?

Cowok penggoda=cewek jail?

Nah lho�apa pula ini? Yang cowok kalau ditanya kenapa kok hobi ngegodain cewek yang lewat, jawabnya karena ceweknya pasang aksi minta digoda. Eh, yang cewek nggak mau disalahkan dengan tuduhan pasang aksi minta digoda. Kaum cewek bilang, �Dasar cowoknya aja tuh yang nggak punya iman, pake jelalatan mata segala sabil mulutnya usil godain.� Wah, kalo diterusin bisa jadi mirip-mirip tebakan tentang telor dan ayam. Hehehe, pertanyaan-nya: duluan mana; telor apa ayam? Mbulet!

Sobat muda muslim, sekarang coba dengan kepala dingin kita kupas satu per satu masalah ini. Di sini ada dua pihak yang ingin kita bahas, pihak cowok dan pihak cewek. Ada aksi dan ada reaksi, itu prinsip kimia kan ? Dan dua makhluk berlainan jenis ini memang sudah dari sononya menyimpan energi kimia yang dahsyat. Jadi be carefull aja dalam menyikapi-nya. Kenapa ini bisa terjadi?

Pertama , munculnya cowok penggoda bisa jadi merupakan reaksi dari aksi yang diberikan si cewek sendiri. Pernah dengar istilah �cowok, godain kita dong’? Nah, kalimat ini populer sejak beberapa tahun yang lalu karena para cewek merasa garing kalo nggak ada cowok yang godain mereka. Gatel!

Atau dengan aksi dalam bentuk lain, yakni tanpa kata-kata (bukan bisu lho). Ada lho cewek yang nekat me- launching bahasa tubuhnya. Mereka sengaja minta digoda kaum cowok. Bisa jadi dari gaya berjalan mere-ka, cara bicara yang dibuat-buat, lirikan mata, atau apa pun yang mengarahkan agar mereka digoda oleh kaum adam. Bahaya!

Belum lagi gaya ber-busananya yang kayaknya kurang kain banget. Jadi asset berharganya malah dipamerin ke mana-mana. Giliran dia yang digodain sama cowok sampe level pelecehan, eh�berkelitnya dengan menga-takan �Tuh cowok emang piktor alias pikiran kotor�, �nggak bermoral� de el el. Waduh!

Lalu kemungkinan kedua , emang sudah dari sononya tuh cowok hobi ngegodain cewek. Bawaannya gatel mulu bila ada cewek di dekatnya cuma dianggurin (dianggurin? Emangnya obat nyamuk?). Jadi biar ceweknya udah nutup aurat hingga rapet sekali pun, tetap aja tuh cowok tipe begini selalu punya celah untuk bisa ngegoda cewek. Ya itu tadi, tidak bisa dengan suitan, dengan ucapan salam pun jadi. Padahal kenal juga nggak. SKSD banget tuh cowok ya? Hehehe…

Biar nggak digoda

Kalau kamu para cewek emang ngerasa sebel digodain cowok, ada tips-tips khusus nih untuk menghindarinya.

Pertama, tundukkan pandanganmu. Tapi ini bukan berarti jalan sambil nunduk terus kayak orang nyari recehan ilang sampe kejentus tiang listrik. Menundukkan pandangan maksudnya mata nggak jelalatan. Mentang-mentang yang godain cakep, kamu jadi enggan berkedip en ridho untuk digodain. Gubraks! Inget lho firman Allah Swt: �Katakanlah kepada mukmin perempuan, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. �.� (QS an-Nuur [24] : 31)

Kedua, kamu yang merasa dirinya cewek, perhatikan gaya berpakaianmu. Dalam Islam ada aturan berbusana khusus bagi cewek ketika keluar rumah yaitu menutup seluruh aurat kecuali muka dan telapak tangan. Lengkap dengan kerudung dan jilbabnya. Allah Swt. berfirman: �Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang kelihatan dari-padanya…� (QS An- Nuur [24] : 31)

Firman Allah lainnya: �Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perem-puanmu dan isteri-isteri orang mukmin: �Hendaklah mereka mengu-lurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka�. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.� (QS al-Ahzab [33]: 59)

Perhatikan juga bahwa jilbabmu longgar dan nggak tipis. Jangan kayak lemper, menutup aurat tapi lekuk tubuhmu kelihatan alias seksi. Sama juga boong, Non.

Ketiga, cuekkin. Kalau godaan itu �cuma’ dengan suitan, atau ucapan-ucapan dan tidak sampai menyentuh fisik, lebih baik kamu cuekkin aja. Soalnya kalo kamu nanggepin, bukannya kapok mereka malah akan semakin menjadi-jadi. Cowok penggoda itu bakal senang kalo godaan mereka ditanggapi atau dijawab. Entah kamu jawabnya dengan ketus, sinis, marah, mencaci-maki, semua itu nggak bikin cowok penggoda jera. Selain kamu akan terlihat nggak bijak karena berjilbab kok maki-maki, secara nggak langsung kamu malah menjatuhkan harga diri kamu sendiri di depan umum. Waspadalah!

Kalo godaan itu di jalan umum dan lebar, kamu lewat saja dan berjalan biasa. Jangan pelan-pelan atau malah berlenggak-lenggok. Kalau itu jalan sempit, usahakan memilih jalan lain untuk menghindari kemungkinan mereka ngegodain kamu. Kalo memang tidak ada jalan alternatif, usahakan jangan sendirian. Cari teman yang searah.

Lagipula, umumnya cowok penggoda tuh akan segan menggoda mereka yang �diam’ dalam arti nggak nanggepin godaan-godaan mereka. Jadi bukan diam yang ridho dan senang digoda lho. Ketahuan kok itu dari sikap dan ekspresi wajah kamu; mana yang diam tegas bin cuek dengan diamnya senang bin antusias. Kalau udah begini, biasanya cowok penggoda jadi malas godain cewek yang nggak bereaksi sama godaannya. Tapi tentunya setelah kamu mengamalkan trik-trik di atas itu dong.

Munculnya cowok penggoda

Kalo kita cermati, kok bisa sih muncul cowok penggoda yang semakin merajalela di jaman sekarang. Itu tak lain dan tak bukan karena ideologi kapitalisme-sekulerisme yang udah jadi gaya hidup. Sekulerisme emang gak menghiraukan agama untuk mengatur kehidupan. Yang dikejarnya di dunia ini cuma kenikmatan jasadi atau materi semata. ngegodain cewek salah satunya. Kalo itu dianggapnya memberi kepuasan dan kebaha-giaan bagi dirinya, maka akan dilakoninya aja aktivitas sia-sia itu, dengan rasa suka.

Nongkrong di pinggir jalan, di mal-mal, dan di warung-warung sambil gitaran, itu semua kondisi yang paling strategis untuk menggoda cewek-cewek yang lewat. Seakan-akan hidup tanpa beban (atau sebetulnya itu adalah cara mereka untuk menghilangkan beban?).

Maklum aja, bisa jadi udah puluhan surat lamaran kerja dimasukkan tapi tak satu pun yang berhasil. Mau sekolah lagi tak ada biaya. Di rumah mulu juga dimarahi ortu karena cuma jadi pengangguran yang kerjaannya makan dan tidur.

Nah lho, lingkaran kapitalisme jadi momok. Siapa yang kuat dan berduit dia yang akan survive. Dan karena lontang-lantung tanpa kegiatan, jadilah pelampiasan ngegodain cewek yang lewat.

Padahal kalo kita mau lihat bagaimana Islam sebagai the way of life ngatur kehidupan, tipe cowok penggoda nggak bakal muncul. Gimana nggak, kalo sejak awal Islam sudah memberi aturan pergaulan laki-perempuan, cowok-cewek. Yang cowok nggak boleh jelalatan matanya kalo melihat cewek, begitu juga sebaliknya. Catet yoo!

Terus, yang cowok juga diajarkan menjadi laki-laki sejati dalam Islam, sebagai pelindung dan penanggung jawab keselamatan dan harga diri cewek. Suatu ketika di Madinah ada seorang muslimah yang �dikerjain’ oleh tukang emas di sebuah pasar dengan cara mengkait-kan tali di belakang jilbabnya. Begitu bangun, tersingkap-lah auratnya. Saat itu, sekelompok pemuda Yahudi yang ada di sekitar kejadian mener-tawakan dan melecehkan muslimah itu.

Kebetulan, seorang pemuda muslim melihatnya. Dan ia langsung menikam si tukang emas itu hingga tewas. Para pemuda Yahudi itu nggak terima, lalu mereka mengeroyok pemuda muslim tersebut sampe tewas. Mendengar berita ini, Rasulullah saw. mengeluarkan perintah untuk membu-nuh seluruh Yahudi Bani Qainuqa’. Tapi niat Rasulullah urung, atas lobi Abdullah bin Ubay bin Salul. Sebagai gantinya, Rasulullah saw. mengusir seluruh Yahudi Bani Qainuqa’ dari kota Madinah. See , harga diri seorang wanita muslimah begitu tinggi.

Lagipula dalam kehidupan di mana Islam diterapkan sebagai aturan praktis, nggak bakal ada pemuda nongkrong di pinggir jalan yang akhirnya kurang kerjaan godain cewek yang lewat. Karena dalam kehidupan Islam, setiap pemuda memahami jati dirinya sebagai agent of change , pembawa perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Mereka akan tersibukkan dengan aktivitas positif di sekolah-sekolah atau majelis-majelis menuntut ilmu, bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, berdakwah dan bahkan berjihad. Sehingga gak ada satu menit pun dalam kehidupan pemuda muslim yang terbuang sia-sia dengan kongkow-kongkow di pinggir jalan. Apalagi nyuitin or ngegodain cewek, apalagi muslimah berjilbab yang lewat. Yakinlah!

So , fenomena cowok penggoda bukan sim salabim muncul begitu saja. Tapi lebih merupakan produk dari suatu sistem, yaitu kapitalisme-sekulerisme. Kalo kita pingin memberangus habis kebiasaan buruk ini, tak lain dan tak bukan, berangus sistem yang melahirkannya.

Yup, kita enyahkan sejauh-jauhnya ideologi buatan manusia ini dari kehidupan kita. Ambil Islam saja sebagai the way of life , ideolog, dan pengatur kehidupan. Secara otomatis, budaya cowok penggoda akan lari terbirit-birit dan kita sebagai cewek muslimah akan beraktivitas dengan nyaman tanpa khawatir suitan dan godaan nggak bermutu mampir lagi. Kalau sudah begini, ocre nggak sih melakoni hidup di bawah naungan ideologi Islam? Pasti dong!

Sumber :  Klik disini

Jalan Cinta Para Pejuang


Mencintai Sejantan Ali

Tulisan ini diambil dari salah satu bagian di dalam buku karangan Salim Akhukum Fillah, Sang Mujahid Pena asal Yogyakarta, sahabat dekat Mahasiswa Berprestasi UI (2006) & Nasional Shofwan Al-Banna Choiruzzadd.

Bagi saya, kisah ini ibarat air hujan di tengah musim kemarau yang menghidupkan kembali benih-benih kesungguhan untuk mempersembahkan cinta yang suci bagi calon bidadari yang akan menjadi pendampingku nanti. Ya, seperti cintanya Ali kepada Fatimah yang dikisahkan dengan sangat indah oleh Salim A. Fillah ini…

Berikut kisahnya…
kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.
-M. Anis Matta-

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Ia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya...

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr: ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapayang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi,dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi...”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya dibatas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untukmenjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, danFathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”


Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.
Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita...

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan...

Bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)...


Fathimah berkata kepada ‘Ali,


“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”


‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”


Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”


Kisah ini disampaikan disini, bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an...


Kisah ini disampaikan agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu.
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba...




Kamis, 26 Mei 2011

Salahkah Ketika Mendapatkan Kesenangan ?

Salahkah ketika kita mendapatkan sebuah kesenangan atau kenikmatan dunia? Tentu jawabannya tidak, karena Semua itu adalah anugrah dari Allah SWT. Lalu kenapa terkadang kesenangan dunia berimplikasi pada hal-hal yang negatif? Ternyata hal ini disebabkan oleh orientasi yang sangat besar terhadap kesenangan dunia ini. Orientasi yang berlebihan ini menimbulkan effek buruk dikarenakan orang-orang rela mengorbankan orang lain demi tercapainya kepuasan akan nikmat dunia ini.

Fenomena mengejar kenikmatan, saat ini bukan hanya terjadi pada mereka, kalangan kecil, yang tidak memiliki apa-apa, tetapi juga pada mereka yang berada di atas angin. Mereka berlomba-lomba mengejar kenikmatan dunia ini tanpa henti dan tanpa lelah (korupsi & mencuri contohnya). Selanjutnya, fenomena ini bukan hanya terjadi pada umat-umat agama lainnya, tetapi juga terjadi pada kebanyakan umat islam saat ini,. Betapa menyedihkan bukan ketika orientasi hidup seorang muslim saat ini berubah hanya untuk mencari kesenangan semata? Padahal di dalam sholat kita selalu berjanji, “Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin”. Hidupku hanya untuk Rab semesta Ala mini, lalu apakah kita mau mengingkari janji yang kita buat dengan Allah?

Saudara – saudaraku yang dirahmati Allah!
Aku pernah mengalami hal yang menarik masalah ini. Pernah seseorang memberi saran, “akh, antum itu jangan berorientasi kepada akhirat saja, dunia ini juga harus dipikirkan”. Pernah juga dikasih saran, “Ingat dunia dan akhirat, harus diseimbangkan”. Terkadang Aku tersenyum ketika diberi saran seperti itu, karena, keadaan sekarang menjadi lucu. Banyak orang yang mengait-ngaitkan hal dunia ini dengan bertopengkan Islam, contohnya seperti seseorang yang bekerja atau kuliah tetapi meninggalkan dakwah itu sendiri dengan dalil bekerja dan kuliah itu adalah ibadah. Coba kita hitung, berapa banyak waktu yang telah kita luangkan untuk memikirkan agama-Nya ini dalam 1 hari? Banyak mana kalau dibandingkan dengan waktu yang kita gunakan untuk dunia ini?

Dalam buku “Sosiologi dengan pendekatan Membumi“ jilid 1 karangan James M Henselin (hal 8) disebutkan bahwa ada suatu kaum yang berpendapat bahwa tanda tuhan dekat dengan mereka adalah dengan melihat jumlah harta yang mereka miliki. Sehingga kaum itu berlomba-lomba mencari harta kekayaan. Hal ini sudah diteliti sehingga itu menjadi salah satu penyebab timbulnya kapitalisme di dunia ini. Ilmuan menyebut perilaku ini dengan “Etika Protestan”. apakah etika ini sesuai dengan islam? Jawabannya tentu tidak. Karena janganlah kita menyerupai suatu umat.

Allah telah melarang kita untuk berlomba-lomba hanya mencari kesenangan dunia. Dalam surat At Takatsur (yang mungkin antum hafal), diceritakan tentang hal itu.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At-Takatsur: 1-8)

Surat ini turun dulu ketika ada dua kelompok yang saling membanggakan diri dan kekayaan satu sama lain. Sehingga Allah menegur perilaku mereka dengan surat ini.

Saudara – saudaraku yang dirahmati Allah SWT!
Ketahuilah sesungguhnya bahwa kesenangan itu tidak akan habis-habisnya jika di kejar terus menerus. Makanya terkadang cobaan yang paling berat adalah ketika kita dihadapi dengan sebuah kesenangan dan kenyamanan. Ini semua tidak bisa dipungkiri, karena terlalu banyak bukti yang nyata di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pernah dengar kisah kehidupan Qarun? Qarun dulu adalah ahli ibadah sebelum dia menjadi kaya, tetapi bagaimana kah sikapnya setelah mendapatkan kesenangan dari Allah SWT? Dia berubah menjadi orang-orang yang fasik, dia menganggap bahwa semua harta kekayaannya itu berasal dari jerih payahnya, bukan dari Allah. Sehingga Allah membenamkan ia bersama denga harta-hartanya ke dalam perut bumi.

Pernahkah kita berfikir tentang kenikmatan akhirat yang ditawarkan oleh Allah SWT? padahal itu semua lebih baik dan tiada bandingannya kalau dibandingkan dengan nikmat dunia.
“…Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah: 38)

Lalu mengapa manusia masih senantiasa mengejar nikmat dunia dibandingkan dengan nikmat akhirat? Jawabannya satu, karena nikmat akhirat tidak tampak dan tidak bisa dirasakan saat ini. Begitulah kedangkalan visi dari orang-orang saat ini. Mereka dibuai oleh nikmat-nikmat dunia yang nyata sehingga itu menumpulkan semangat mereka untuk mendapatkan suatu hal yang lebih besar dibalik semua ini. Di dalam ilmu psikologi, Piaget, seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa seorang anak-anak membutuhkan hal yang konkrit (nyata) untuk menambah pemahaman baru di dalam pemikiran mereka sedangkan orang-orang dewasa sudah bisa berfikir secara abstrak. Nah, semua kejadian ini membuktikan bahwa kedewasaan di dalam diri manusia itu masih terlalu kurang. an berharap semoga kita semua adalah orang-orang yang pemikirannya sudah dewasa sehingga kita tidak terlena dengan hal-hal yang tampak saat ini.

Saudara – saudaraku yangg dirahmati ALLAH!
Untuk itu, kita sebagai pejuang-pejuang islam di masa depan, mari kita berzuhud terhadap dunia ini. Ingat kehidupan di dunia ini hanya sementara, kita boleh mencari kesenangan dunia tetapi jangan kita jadi kan itu sebagai tujuan hidup kita, tujuan hidup kita hanya untuk Allah. Karena tawaran yang diberikan oleh Allah itu lebih baik dari pada apa yang ada didunia ini. Yakinlah akan hal itu!
Wallahu a’lam bish shawab







Sumber :  http://www.dakwatuna.com/2011/05/12236/salahkah-ketika-mendapatkan-sebuah-kesenangan/

Senin, 23 Mei 2011

++ Aku Mencintaimu Suamiku ++




Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
nb: sediakan tissu sebelum membacanya yak..

****

Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita…
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…
Pernikahan kami sederhana namun meriah…
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu…

Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci…
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihatsekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***


Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saatini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…


Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yanghampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al –Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukanaktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, akumelihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dandisaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobroldengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suamiku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” danmereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semuamelihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelahaku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia punmenjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku punsenyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hinggaakhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangandengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apayg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, barusebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dianmengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya.Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, “lebih baik kau pulang saja, adakami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abangharus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebatdengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku.Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan halyang sama.

Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang takberpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunyasalah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergimeninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembalidari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangismengapa mereka sangat membenciku.

***

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takutkehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggilku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk diayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam airmancur itu.

Aku bertanya, “Ada apa kamu memanggilku?”
Ia berkata, “Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”
Aku menjawab, “Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu ditravel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudahlama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akanpulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?”,tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewakarena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telahbersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

“Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.
“Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidakbertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku.Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang &cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karenakeluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamikusangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhematdalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya haruskomplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganyaharus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang danaku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akandibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku,lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakanterjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisamenangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-samakemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karenabiasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku taktahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuksangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.

***


Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri.Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku takterlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuhsakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan akumenahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Akudilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemanikudisana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akanpunya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudianaku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya,”kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jikamenelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnyakhawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan ceritapadanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-fotokami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi,aku akan kabarin lagi”.
Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja egoyang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfumkesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akanmenyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelummasuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, akumembungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku takmau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naikkeruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nyasampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku padatempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas,aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku ciumkeningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.

***


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya daribalkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi iatak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawahtanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi iabegitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa iabersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itujuga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkattelponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengansuamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon punlangsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubahsetelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku,apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggungjawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, akuselalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulangterlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantanpacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu,tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suamitetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

***


Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam,lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetapseperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan.Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanyaperihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadiibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorangguru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatankankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadiorang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikirsendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamikumemanggilku.

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, diamembentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan “Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabangsambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadiorang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasifoto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Akumenangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi akutak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, sukamembanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikapketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabarmengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***


Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidaktidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana,termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tuaitu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tuayg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahirtiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegeraberkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengahrumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengankebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atassemuanya, membuka pembicaraan.

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”.Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
“Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun,sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebabselama ini kau selalu keguguran!!”.
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukahdipisahkan dengan suamiku?

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikahdengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnyamenikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logatorang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknyamasih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin akupeluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannyadengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana?kau dimadu atau diceraikan?”
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remukmendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti initerhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar akumenjawab dengan tegas.
“Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapatberdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluargaini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itujuga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikitpun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatkudirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, “Dia Desi!”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, “Kapan pernikahannyaberlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”

Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”
“Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnyamengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisiuntuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku bukapintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi akusendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit.Diiringi akutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakanganini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambilbertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?”
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihatwajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampirhabis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiridibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cerminmeja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberisahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti!Iya kan?.”

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum danbertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakaishampo.
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakankulagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!”
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan akuakan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Akuingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayangdan cintanya itu.

***


Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah padasuamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedangtidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Akusave di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar.Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja akutakkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yangtelah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalamrumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketikakalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimanayang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karenatak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsungmenatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwakuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata, “Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”,sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkukkarena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, “Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku danberkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah,apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Akukangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen denganmanjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwaaku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belumbisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yangdihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzinaAyah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata,”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tibaperutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan iabertanya, “bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.
Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudahmebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang”. Karena dia akanmenikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acaraprosesi akad nikah tersebut.

***


Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati inicemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begituijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu,memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yanghadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapansangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu..hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencucikakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka denganpernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti akudahulu, yang di musuhi.
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur denganperempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukandidalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, laluaku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekatilalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyatatidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah,tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum danmegajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku takboleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang keJakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untukistirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lamaini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untukmengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saatini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan darisuamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”
“Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah seringterluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, “Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selamaayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bundaseperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayahpernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bundagak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“sepertiitu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalaubunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahioleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan didirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapatulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinahdan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapaaku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karenamenderita mencintaimu.”

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamarpengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku danberusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

***


Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimkusakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ialangsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, “Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadipadaku?
Aku berkata dengan suara yang lirih, “Yah, bunda ingin pulang.. bunda inginbertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget samaAyah.”

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudahtak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihatwajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengankalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kamimenikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampaiaku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’aagar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku,apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikritetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari duluaku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau bencidiriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikapsebaliknya.”

***

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
========================

Ayah,mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adikiparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilkudengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membelaadikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi danibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela.

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku kangen ayah..

===========


Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkankeceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutkutak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku takperduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur denganbelaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat ditidurmu yang panjang.
Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakanapa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kaudi fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

Ayah Sayang Bunda...







Akhiri Hidupmu dengan Karya




Ada sebuah kisah tentang kehidupan seorang sahabat RasuluLLah SAW. Suatu hari, ada seorang kakek yang sudah amat renta terlihat sibuk menanam biji-biji kurma di kebunnya. Dia begitu tekun membuka tanah dan memasukkan bibit-bibit kurma itu ke dalamnya lalu menutup tanah tersebut dengan hati-hati.
Senyumnya sesekali tersungging di sudut bibirnya yang sudah keriput. Dia begitu menikmati pekerjaan itu.
Tanpa disadarinya, seseorang lewat di depannya. Orang itu berhenti di dekat sang kakek dan mengamati orangtua tersebut yang masih saja asyik menanami bibit kurma. Orang tersebut bertanya dengan penuh keheranan, “Wahai orangtua, rajin sekali Engkau menanam pohon kurma? Bukankah kurma itu akan berbuah 25 tahun yang akan datang, sedangkan Engkau saat itu sudah tiada lagi.”
Kakek tersebut menghentikan kerjanya. Dia memandang lelaki yang bertanya tersebut dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. “Anak muda… apakah aku tidak boleh menerima pahala dari ALLah setelah saya meninggal dunia? Biarlah aku tidak merasakan lezatnya kurma yang ditanam hari ini. Biarlah anak-anak dan cucu-cucuku, serta masyarakat sekelilingnya menerima buah korma ini agar hidup mereka lebih baik dan senang.”
Lelaki muda yang bertanya tersebut mengangguk-anggukan kepalanya. Dia sangat kagum dengan apa yang disampaikan orangtua itu. Setelah mengucapkan salam, lelaki muda tersebut berlalu dan terus mengingat kata-kata bijak sang kakek sampai akhir hayatnya.
Kisah ini kisah abadi,terus ada melampaui zaman dan abad. Kita tidak pernah tahu, apakah biji kurma yang kita atau anak-anak kita makan kemarin, sekarang, atau besok merupakan biji kurma yang dulu ditanam sang kakek atau bukan. Yang jelas, amal shalih sang kakek masih mengalir sampai hari ini dan esok, selama manusia masih menikmati kurma hasil jerih payahnya.
Kisah lain, kali ini tentang Abu Ruwahah, seorang penyair Islam yang dengan syairnya mampu menggerakkan pasukan kaum muslimin untuk maju ke medan jihad menjemput syahadah. Dalam bulan Jumadil’Awal tahun 8 H (629M), rasuluLLah SAW menghimpun 3000 orang pilihan dari kalangan para sahabatnya untuk dijadikan tentara kaum Muslimin. Zaind bin Haritsah ditunjuk sebagai panglimanya.
Rasul SAW berpesan pada Zaid, “Jika Zaid gugur, maka Jaafar abd. Abi Thalib yang menggantikannya, dan jika Jaafar gugur, maka AbduLLah Khalid al Walid dengan sukarela bergabung ke dalam pasukan. Saat pasukan berangkat, Rasul melepasnya dan berpesan tentang hukum-hukum Islam dalam berperang.
Zaid bin Harithah yang memimpin pasukan Islam ke Muktah ini akan menyergap pihak syam secara tiba-tiba, sebagaimana penyergapan-penyergapan yang lalu. Serbuatn kilat akan bisa meminimalisir korban. Hanya saja syaratnya hanya satu:tidak boleh diketahui pihak lawan sedikit saja. Malangnya, keberangkatan pasukan Islam ini tercium oleh Syurabil, salah seorang pejabat Heraklius di Syam. Mereka mempersiapkan penyambutan dengan 200.000 tentaranya yang dipersenjatai lengkap.
Saat pasukan Islam tiba di Ma’an, mereka terkejut mendapati pasukan musuh dalam jumlah sangat besar dan lengkap persenjataannya telah menunggu. Secara akal sehat, pastilah pasukan Muslim akan kalah. Salah seorang sahabat berkata, “Kita tulis sepucuk surat pada RasuluLLah untuk mengirimbantuan pasukan, atau kita harus terus maju.” Usulan itu nyaris diterima oleh yang lainnya. Tetapi tiba-tiba maju seorang Ibnu Rawahah ke depan barisan. Dengan penuh keyakinan dan dengan suara yang membelah langit Abu Rawahah berkata,
“Wahai pasukan ALLah! Demi ALLah, sesungguhnya kita berperang bukan berdasarkan bilangan, kekuatan, atau banyaknya jumlah mereka. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan ALLah! Majulah kalian! Bagi kita hanya ada dua kebaikan: Menang atau Syahid fi sabiliLLah!”
Ibnu Rawahah terkenal sebagai seorang penyair hebat dan seorang ksatria yang tiada bandingnya. Dia seorang satria medan perang yang juga membela Nabi melalui lisan dan lidahnya. Beliau tidak pernah ketinggalan dalam setiap peperangan yang Nabi sertai.
Seruan Ibnu Rawahah membakar semangat jihad dan menyentak kesadaran kaum Muslimin. ALLah bersama kita! Kekuatan umat Islam bukan terletak pada banyak sedikitnya jumlah pasukan, bukan kuantitas, tapi kualitas. Pasukan Muslim segera mencabut pedang dan menyorongkan tombaknya ke depan. Tali kekang kuda segera dipegang erat. Dengan seruan takbir yang membahana mereka melabrak ke depan bagai air bah menjebol bendungan yang rapuh.
Peperangan yang begitu dasyat meletus. Zaid bin Haritshah berperang bagai singa terluka. Tangan yang satu memegang erat panji syahadat dan tangan yang lain menyabetkan pedangnya ke sana – kemari. Satu dua sabetan dan tusukan tombak musuh tidak dirasakannya. Hingga dirinya kehilangan banyak darah barulah panglima Islam yang gagah berani ini tersungkur syahid. Panji syahadat pun direbut oleh Jaafar bin Abi Thalib yang masih berusia tigapuluh tiga tahun.
Tiba-tiba tangan Jaafar yang memegang panji syahadat ditebas pedang musuh hingga putus. Jaafar membuang pedangnya dan memegang panji tersebut dengan tangan yang masih utuh. Lalu tangan yang tinggal satu itu pun ditebas hingga putus juga. dengan menahan sakit, Jaafar tidak mau melepaskan panji tersebut. dengan sisa kedua tangannya Jaafar memeluk panji tersebut agar tidak direbut musuh. Jaafar pun syahid. Panji syahadat kemudian direbut oleh Ibnu rawahah.
Untuk menaikkan semangat jihad pasukannya, Ibnu Rawahah di tengah-tengah pertempuran menyempatkan diri untuuk bersyair : “Wahai Muslim! Aku telah bersumpah, maju ke medan laga, tapi kenapa kulihat engkau menolak syurga..?! Wahai diri, bila kau tak mati terbunuh, kau kan pasti mati dengan cara lain. Inilah kematian sejati yang sejak lama kau nanti…! Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini. Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah kesatria sejati! ALLahu Akbar!” (maksudnya mengikut kedua sahabat yang telah syahid yakni Zaid dan Ja’far).
Setelah berkata demikian Ibnu Rawahah kembali sibuk menyabet dan menusukkan pedangnya ke musuh yang jumlahnya sangat banyak. Suatu ketika, Ibnu Rawahah lemas kehabisan darah dan syahid pula.
Di saat bersamaan, nun jauh di Madihan, RasuluLLah SAW tengah berhadapan dengan para sahabat bercerita tentang peperangan yang tengah terjadi di Muktah. Tiba-tiba Rasul terdiam. Kedua matanya memerah dan basah oleh airmata. Baginda mengangkat mukanya dengan pipi yang berlinang airmata. Beliau memandang berkeliling dan dengan pelan beliau berkata, “Panji perang dipegang Zaid bin Haritsah, dia bertempur bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih Ja’far, dan dia bertempur pula bersamanya sampai syahid. Kemudian diambil alih Ja’far, dan dia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula…” Rasul SAW berhenti sejenak, lalu, “Kemudian panji itu dipegang oleh AbduLLah Ibnu Rawahah dan dia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya diapun syahid pula.”
Kemudian Rasul terdiam lagi. Wajahnya tiba-tiba berubah gembira. “Aku melihat mereka bertiga di surga, seperti mimpi orang yang sedang tidur di atas ranjang emas. Ku lihat ranjang AbduLLah Ibnu Rawahah agak miring daripada ranjang kedua temannya itu”. Lalu ditanya:”Kenapa begitu?”Dijawabnya, “Yang dua orang terus majum tapi AbduLLah agak ragu-ragu. Kemudain dia terus maju juga. Perjalanan mana lagi yang lebih mulia. Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia. Mereka maju ke medan laga bersama-sama. Dan mereka naik ke syurga bersama-sama pula…”
Tiada pertemanan dan perjalanan hidup yang lebih mulia ketimbang apa yang telah mereka lakukan bertiga. Mereka memulai dengan benar dan mengakhiri dengan manis. Mereka telah meninggalkan dunia dengan karya, dengan syair jihad yang abadi sepanjang masa. Seperti juga Asy-Syahid Sayyid Quthb yang meninggalkan kitab fii zhilal yang sungguh-sungguh menggugah keimanan orang-orang yang masih hidup dengan hatinya. Walau beliau menemui Sang Khaliq di tiang gantungan, namun buah karyanya sampai hari ini terus menginspirasi ruh jihad para Mujahidin dalam meneggakkan agama ALLAH ini.


Sumber  :  http://muliaok.wordpress.com/2010/03/10/akhiri-kehidupanmu-dengan-karya/

Ost. Open City~ Park Ji Heon (V.O.S)-Bogoshipeun Naren


Baru-baru ini ku nemuin lagu, yang bikin jatuh cintanya, karena lagu ini OST. Open City, filmnya Kim Myung Min, aduhhhh gak bisa dibayangin deh, gila-gilaan sampe cari videonya di youtube, pampangin siang malam, keren banget videonya ditambah lagunya yang buat cenat-cenut, bukan cenat-cenutnya SM*SH ya, hohohooo... beda lagi kalau itu.

Susah dan bener-bener susah ya cari lagunya ini, sampe terus-terusan aku searching selalu di Mbah Google, dan sekian lamanya akhirnya dapet juga, dapet di 4shared, tapi rasa senang itu berubah kecewa, ternyata pembawaannya beda banget sama yang divideonya, akhirnya searching lagi dan lagi, akhirnya usaha itu kalau belum usaha dengan sungguh-sungguh gak akan membuahkan hasil, oleh karena itu usaha harus lebih keras, karena ALLAH menguji hamba-Nya sampai batas kemampuan hamba-Nya tersebut, dan bukan diluar kemampuan hamba-Nya tersebut. Senang pokoknya senang.... ^^ 
Setelah pencarian lagunya kini liriknya, lagu ini dinyanyikan oleh salah satu personil V.O.S (Voice of Soul) trio asal Korea Selatan yaitu Park Ji Heon  :') 



Park Ji Heon (V.O.S)-Bogosipeun Naren 

neo-reul bo-go-si-peun na-ren
meot-jji-ge geu-dae-reul no-a-jwo
i-reo-ke a-mu-reo-chi an-ke
su-baek-ppeon ji-u-go da-ji-meul hae-do
ae-sseo nam-neun geon a-swi-um-ppun

geu-reo-ke geu-dae-reul tteo-na-gat-jjyo
jeong-mal nan ba-bo-cheo-reom geu-dae-reul mol-la
cheo-eum-bwat-tteon geu mo-seup-cheo-reomkrm
ga-seu-mi tteol-li-da-ga

neo-reul bo-go-si-peun na-ren nun-mul-la-neun na-ren
ga-seum-ttwi-neun na-ren geu-ri-un na-ren
neo-ui jeon-hwa-beon-ho da-si tto nu-reu-ge doe-myeon
ni-ga neo-mu-na geu-ri-wo

eo-jjeo-da ni so-sik deut-kke doe-go
hok-ssi-na neo-do ga-kkeum geu-ri-wo-hal-kka
neo-mu-na byeon-hae-sseo ji-geu-mui u-ri
chu-eok-tto byeo-ri doe-go

neo-reul bo-go-si-peun na-ren nun-mul-la-neun na-ren
ga-seum-ttwi-neun na-ren geu-ri-un na-ren
neo-ui jeon-hwa-beon-ho da-si tto nu-reu-ge doe-myeon
ni-ga neo-mu-na geu-ri-wo

go-ma-wot-ttan ma-re mi-an-haet-ttan ma-re
sa-rang-haet-ttan ma-re seo-tul-deon ma-me
do-ra-gal su eom-neun si-ga-ni neol bu-reul-ttae-myeonkrm
jeong-mal neo-mu-na geu-ri-wo

nu-neul tteo-bwa-do bo-i-neun-ge neo-ha-na ppu-nin-de
mu-sim-ko geo-u-reul bo-da u-ri cheo-eum man-nat-tteon geu si-ga-ni
ja-kku seu-cheo ji-na-ga-do da-si neol bol su i-sseul-kka ye~

neo-reul bo-go-si-peun na-ren
ma-ni saeng-gang-na-neun na-ren ban-jjok ga-teun na-ren
ul-go si-peun na-ren a-peu-deon na-ren
neo-ui jeon-hwa-beon-ho da-si tto nu-reu-ge doe-myeon
ni-ga neo-mu-na geu-ri-wo

go-ma-wot-ttan ma-re mi-an-haet-ttan ma-re
sa-rang-haet-ttan ma-re seo-tul-deon ma-me!
do-ra-gal su eom-neun si-ga-ni neol bu-reul-ttae-myeon
jeong-mal neo-mu-na geu-ri-wo



Minggu, 22 Mei 2011

Kata itu adalah...


 
Dan kini ku mengerti, jelas mengerti bahwa mungkin dia bukan untuk diri yang hina ini, diri yang tak sempurna ini, kau akan mendapatkan yang terbaik dibandingkan denganku, masih banyak kekurangan di diriku ini. Kekurangan yang tak mungkin ku ungkapkan satu demi satu. Dalam perenungan, ku mulai memahami dan merasakan dengan segenap jiwa ini, memang ku bukanlah pilihan yang terbaik bagimu, karena ku tahu bahwa cinta itu tulus dan indah darimu, namun rasanya hanya akan merusak citra cinta tersebut jika kau memilih aku, aku bukan yang terbaik, sungguh bukan yang terbaik. Ku tidak bermaksud untuk menyakitimu, melukai hati dan cintamu kepadaku, tetapi sungguh mungkin ini yang terbaik yang harus ku lakukan. 

Kata-kata diatas mungkin pernah terbesit dalam hati dan pikiran kita, sungguh sedih memang, namun siapa yang menyangka bila memang harus seperti ini jalan yang harus ditempuh, yaitu jalan masing-masing. Namun adakah yang percaya dengan cinta sejati. Jelas kalian harus percaya, bila memang saat ini, esok ataupun sekalipun lusa memang bukan waktu yang cocok untuk menyatukan hati. Namun percayalah suatu saat nanti seseorang itu akan datang dengan segenggam dan sebesar rasa cintanya kepadamu sama dengan rasa cintanya kepaa Tuhannya. Entah dimasa yag akan datang tentu boleh jadi atau dialam Jannah-Nya atau surga-Nya kau akan enemukan cinta sejati kalian.

Cinta... dan cinta... Yang entah maksud dari kata cinta itu apa.
Cinta... dan cinta... Entah makna yang ia maksud apa.
Cinta... dan cinta... Apa yang akan dilakukan oleh cinta dengan hati kita.
Cinta... dan cinta... Dia sebuah penghambaan atau kesucian.
Cinta... dan cinta... kata itu adalah  "CINTA "
 

Munajat Seorang Akhwat



Tuhanku…
Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku...
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu...
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau...
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu...
Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting...
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau...
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia...
Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas...
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku...
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah...
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku...
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi...
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku disisinya...



Tuhanku…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mata-Mu...
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya...
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya...
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya...
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna...
Tuhanku…Aku juga meminta...
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga...
Berikan aku hati yang sungguh mencintai-Mu sehingga aku dapat mencintainya dengan segenap cintaku...
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu...
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya...
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya...
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana, mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap hari...
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat...
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan...
Aamiin…




... Menghitung Hari ...


Arman dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,

hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik

bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

> Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi waktu denganku."

> Arman: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo.

   cuma kita berdua saja yang tidak punya  pasangan sekarang.

  " (keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

> Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"

> Arman: "Eh? permainan apaan?"

> Tina: " Eng. .. gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi hanya untuk 100 hari                   saja.         gimana  menurutmu?"

> Arman: "Baiklah.... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa  bulan ke depan."

> Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya...  semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama kita kencan.

   Mau jalan-jalan kemana nih?"

> Arman: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak  salah film The Troy lagi maen deh. katanya film itu bagus"

> Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang  nonton kita ke karaoke ya...

          ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

> Arman : "Boleh juga..."

    (mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Arman mengantarkan Tina pulang malam harinya)

 Hari ke 2:

Arman dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,

 suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati

 mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Arman membeli sebuah

kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

 Hari ke 3:

Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat Arman.

Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli  sebuah miniatur mobil mini.

 Setelah itu mereka beristirahat duduk di foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus

berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

 Hari ke 7:

Bermain bowling dengan teman-teman Arman. Tangan tina terasa sakit karena tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Arman memijit-mijit tangan Tina dengan lembut.

Hari ke 25:

Arman mengajak Tina makan malam di Ancol Bay . Bulan sudah menampakan diri,  langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina

memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:

 Arman berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Arman. Bukan  kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik.

Arman terharu  menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang tahunnya.

Hari ke 67:

Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan  mengunjungi stand permainan.

Arman menghadiahkan sebuah boneka teddy bear untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Arman.

Hari ke 72:

 Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari  negeri China ..

Tina  penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal.

Sang peramal hanya mengatakan

 "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu meneteskan air mata.

Hari ke 84:

 Arman mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai.

Pantai Anyer sangat sepi  karena bukan waktunya liburan bagi orang lain.

 Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,

merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka.

 Matahari terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:

Arman memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.

Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota .

15:20 pm

 Tina: "Aku haus.. Istirahat dulu yuk sebentar."

> Arman: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum apa?"

> Tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari ini. Sebentar ya"

> Arman mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena  dimana-mana Jakarta selalu macet.

15:30 pm

 Arman sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum  kembali juga.

Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah panik.

> Arman : " Ada apa pak?"

> Orang asing: " Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah temanmu"

> Arman segera berlari bersama dengan orang asing itu.

> Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak tubuh Tina bersimbah darah,

     masih memegang botol minumannya.

> Arman segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.

> Arman duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.

> Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.

 23:53 pm

> Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik.

  Dia masih bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput.

  Kami menemukan surat ini dalam kantung bajunya."

> Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Arman dan dia segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina.

>Wajahnya pucat tetapi  terlihat damai.

> Arman duduk disamping pembaringan tina dan menggenggamtangan Tina dengan erat.

> Untuk pertama kali dalam hidupnya Arman merasakan torehan luka yang sangat dalam di hatinya.

> Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.

> Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina  untuknya.

**  Dear Arman...

ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.

> Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.

> Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,

> tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.

> Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.

> Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya.

> Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang

> hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di pantai,

> Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku.

    Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur hidupku.

     Arman, aku sangat sayang padamu.

23:58

> Arman: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang  kuucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku?

  Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya..

> Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita  lalui baru berjumlah 99 hari!

> Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!

> Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian!

> Tina, Aku sayang kamu...!"

 Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.

Hari itu adalah hari ke 100...




 ^ ^ ^ ____________________ ^ ^ ^



 Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.

Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.

 Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi.

*Dear Friends* 

*Tahukah anda*

 kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan?

*Tahukah anda*

 kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain adalah

justru orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya?

*Tahukah anda*

 kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah :

" Aku cinta kamu, maaf dan tolong aku

 * Tahukah anda*

 kalau orang yang suka berpakaian

*warna merah* lebih yakin kepada dirinya sendiri?

*Tahukah anda*

 kalau orang yang suka berpakaian

 *kuning * adalah orang yang menikmati kecantikannya sendiri?

* Tahukah anda *

 kalau orang yang suka berpakaian

*hitam*adalah orang yang  ingin tidak diperhatikan dan butuh bantuan dan pengertian anda?

 * Tahukah anda *

 kalau anda menolong seseorang, pertolongan tersebut dikembalikan dua kali lipat?

 *Tahukah anda*

 bahwa lebih mudah mengatakan perasaan anda dalam tulisan

 dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung?

Tapi tahukah anda bahwa hal tsb akan lebih bernilai

saat anda mengatakannya dihadapan orang tsb?

*Tahukah anda*

kalau anda memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan andatsb pasti dikabulkan?

*Tahukah anda*

bahwa anda bisa mewujudkan impian anda,spt jatuh cinta,menjadi kaya,selalu sehat, jika anda memintanya dengan keyakinan, dan jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa yang bisa anda lakukan.

*Tapi jangan percaya semua yang saya katakan* ,

 sebelum  anda mencobanya  sendiri, jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh  sesuatu yg saya sebutkan diatas, dan anda tahu anda bisa menolongnya,  anda akan melihat  bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat.

 Hari ini,
*bola PERSAHABATAN *
ada dilapangan anda,  kirim ini kepada orang yang benar2 sahabat anda (termasuk saya jika saya juga sahabat).
Juga, jangan merasa kecewa jika tidak ada seseorang yang mengirimkannya kembali kepada anda,
anda akan mengetahui bahwa anda  akan tetap menjaga bola untuk orang lainnya ....
karena *lebih baik memberi daripada menerima *bukan ??? =)



 % % * * . . .  dari email seorang rekan . . . * *  % %

smoga brmanfaat utk qt smua..