Malu adalah sebagian dari iman, tetapi kenyataannya dalam realita
kehidupan ini "MALU" itu tidak menjadi bagian dari tingkah laku
ataupun sikap dalam keseharian serta dalam bersosialisasi. Sungguh miris
melihat hal ini, banyaknya budaya-budaya yang masuk dari luar membuat kata
"MALU" itu hilang bahkan mungkin tenggelam kedasar. Saya tidak
menyalahkan budaya-budaya luar yang masuk ke negara ini, tetapi bisakah kita
memilah dan memilih mana yang baik untuk kita serta bisakah kita menjadi diri
sendiri bukan diri orang lain.
Renungkanlah!
Malu kah kamu bila kamu tidak beribadah sesuai yang diwajibkan?
Malu kah kamu bila berpakaian yang tidak semestinya?
Malu kah kamu tidak menjadi diri sendiri?
Malu kah kamu dengan budaya negeri sendiri?
Malu kah kamu dengan diri kamu yang sekarang?
Malu kemana kamu? Malu kini telah hilang, dan hanya segelintiran orang
yang mungkin masih memiliki rasa malu. Sewaktu buka puasa bersama tahun lalu
bersama teman-teman semasa sekolah menengah atas, tidak terbayangkan bahwa
teman janjian saya memakai pakaian yang Masya Allah ketat, bertemu, bersapaan
dan bersalaman itupun sudah banyak mata yang memandangi. Entah apakah teman
saya merasa atau tidak, tetapi saya menyadari banyak mata yang memandang kearah
kami. Serba salah memang, ingin mengutarakan dan menyampaikan bahwa pakaian
kamu itu ketat loh ! Atau ingin menutupi bagian tubuh yang hingga kesempitan
karena terlalu ketatnya pakaian itu juga serba salah.
Mengapa serba salah?
Takut dia akan tersinggung,
Takut dia marah,
Pasti akan mengatakan sok suci kamu dan bla bla bla... Sampai kata-kata
yang tidak penting untuk diucapkan akan dia ucapkan.
Tak hanya sampai disitu, teman-teman yang telah berjilbab pun kini
mereka berjilbab tetapi tampak telanjang. Kenapa? Karena pakaian mereka yang
ketat dan pakaian sempit atau pakaian adiknya dipakai mungkin. Pernah juga
menjumpai seorang mbk-mbk yang berjilbab tetapi pakaian dia sangat ketat hingga
pakaian dalamnya pun sampai terterawang saking ketatnya. Ada juga seorang
wanita yang berangkat dan pulang kerja menggunakan jilbab rapi dan tertutup
sempurna, tetapi ditempat kerja pakaiannya pun berubah menjadi pakaian minim,
dan ada yang lebih aneh lagi ada seorang wanita yang dikantornya berjilbab rapi
dan tertutup sempurna tapi saat ingin menemui klien perusahaan pakaiannya
berubah tentunya menjadi minim pula, kemana jilbab mu?
Jilbab itu bukan mainan, STOP buka tutup alias hari ini atau bulan ini
pakaian besok udah gak sama sekali pakai, dan begitu seterusnya. Berjilbab itu
hukumnya memang diwajibkan dan bukan mainan. Jadi jangan bermain-main dengan
yang namanya jilbab, jika sudah berjilbab sebaiknya tetap istiqomah dalam
berjilbab, jangan tergoda dengan godaan tuk buka dan tutup jilbab. Jika belum
berjilbab ya disegerakan berjilbab tapi jangan buka tutup ya. Kebanyakan yang
belum berjilbab pasti mengatakan "Jilbabin hati dulu baru berjilbab
diri", kalau itu hati nunggu dijilbabin mau sampe kapan jilbabin diri,
jilbabkan diri kamu dan perlahan-lahan kan bisa mengubah sikap yang dulu tidak
baik menjadi lebih baik kedepannya.
Kemudian kalau sudah mantap berjilbab sebaiknya foto-foto didunia maya
pun yang tidak berjilbab ya dihapus, karena sama saja membuka-buka aurat kita
yang lalu yang belum sempat tertutup, malukan kalau dilihat orang. Cara pandang
dan berpikir orang-orang itu beda loh. Jangan sampai ada seseorang yang nanti
bertanya "Sebenarnya pakai jilbab atau gak sih?", "Kok foto kamu
dijejaring sosial gak pake jilbab?", atau "Kamu lebih cantik gak
pakai jilbab deh". Terusss... Kamu tergoda deh tuk buka-bukaan jilbab lagi
setelah sempat menutup, kalau gak malu sama orang, malulah kamu sama orang tua
kamu dan terutama lagi malu sama Tuhan. Bagi yang belum berjilbab ya gak
apa-apa tapi pakaiannya dilonggarkan boleh kan :)
Dulu saya juga menjalani banyak cobaan tuk pertama kalinya berjilbab
hingga sekarang, dengan berjilbab sekarang bisa kasih motivasi teman-teman
sekolah dan kampus tuk berjilbab dan Alhamdulillah bisa meskipun jilbab mereka
belum sempurna tapi itu kemajuan yang bagus bukan dan bisa sekalian juga
berdakwah.
Dalam berdakwah itu penuh onak dan duri.
Dalam berdakwah tidak ada kata menyerah untuk menyebarkan kebaikan
didunia.
Dalam berdakwah banyak pelajaran yang dapat kita tangkap dan ambil
sebagai pelajaran hidup.
Dalam berdakwah akan indah pada waktunya nanti.
Semoga teman-teman saya dan masyarakat disekitar dalam perjalanan waktu
itu dapat berubah sedikit demi sedikit. Tumbuhlah dengan perlahan dan jangan
takut.
Biarkanlah orang-orang disekitar mu melihat mu bukan karena cantik dari
tubuh atau paras mu, tetapi terlihat cantik karena keimanan dan tingkah laku
mu.
Maaf bila ada yang merasa tersinggung, bukan maksud tulisan ini sebagai
tulisan untuk menyinggung. Tetapi saya hanya menulis sesuai kejadian yang saya
lihat dan memang nyata.