Kamis, 26 Mei 2011

Salahkah Ketika Mendapatkan Kesenangan ?

Salahkah ketika kita mendapatkan sebuah kesenangan atau kenikmatan dunia? Tentu jawabannya tidak, karena Semua itu adalah anugrah dari Allah SWT. Lalu kenapa terkadang kesenangan dunia berimplikasi pada hal-hal yang negatif? Ternyata hal ini disebabkan oleh orientasi yang sangat besar terhadap kesenangan dunia ini. Orientasi yang berlebihan ini menimbulkan effek buruk dikarenakan orang-orang rela mengorbankan orang lain demi tercapainya kepuasan akan nikmat dunia ini.

Fenomena mengejar kenikmatan, saat ini bukan hanya terjadi pada mereka, kalangan kecil, yang tidak memiliki apa-apa, tetapi juga pada mereka yang berada di atas angin. Mereka berlomba-lomba mengejar kenikmatan dunia ini tanpa henti dan tanpa lelah (korupsi & mencuri contohnya). Selanjutnya, fenomena ini bukan hanya terjadi pada umat-umat agama lainnya, tetapi juga terjadi pada kebanyakan umat islam saat ini,. Betapa menyedihkan bukan ketika orientasi hidup seorang muslim saat ini berubah hanya untuk mencari kesenangan semata? Padahal di dalam sholat kita selalu berjanji, “Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin”. Hidupku hanya untuk Rab semesta Ala mini, lalu apakah kita mau mengingkari janji yang kita buat dengan Allah?

Saudara – saudaraku yang dirahmati Allah!
Aku pernah mengalami hal yang menarik masalah ini. Pernah seseorang memberi saran, “akh, antum itu jangan berorientasi kepada akhirat saja, dunia ini juga harus dipikirkan”. Pernah juga dikasih saran, “Ingat dunia dan akhirat, harus diseimbangkan”. Terkadang Aku tersenyum ketika diberi saran seperti itu, karena, keadaan sekarang menjadi lucu. Banyak orang yang mengait-ngaitkan hal dunia ini dengan bertopengkan Islam, contohnya seperti seseorang yang bekerja atau kuliah tetapi meninggalkan dakwah itu sendiri dengan dalil bekerja dan kuliah itu adalah ibadah. Coba kita hitung, berapa banyak waktu yang telah kita luangkan untuk memikirkan agama-Nya ini dalam 1 hari? Banyak mana kalau dibandingkan dengan waktu yang kita gunakan untuk dunia ini?

Dalam buku “Sosiologi dengan pendekatan Membumi“ jilid 1 karangan James M Henselin (hal 8) disebutkan bahwa ada suatu kaum yang berpendapat bahwa tanda tuhan dekat dengan mereka adalah dengan melihat jumlah harta yang mereka miliki. Sehingga kaum itu berlomba-lomba mencari harta kekayaan. Hal ini sudah diteliti sehingga itu menjadi salah satu penyebab timbulnya kapitalisme di dunia ini. Ilmuan menyebut perilaku ini dengan “Etika Protestan”. apakah etika ini sesuai dengan islam? Jawabannya tentu tidak. Karena janganlah kita menyerupai suatu umat.

Allah telah melarang kita untuk berlomba-lomba hanya mencari kesenangan dunia. Dalam surat At Takatsur (yang mungkin antum hafal), diceritakan tentang hal itu.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At-Takatsur: 1-8)

Surat ini turun dulu ketika ada dua kelompok yang saling membanggakan diri dan kekayaan satu sama lain. Sehingga Allah menegur perilaku mereka dengan surat ini.

Saudara – saudaraku yang dirahmati Allah SWT!
Ketahuilah sesungguhnya bahwa kesenangan itu tidak akan habis-habisnya jika di kejar terus menerus. Makanya terkadang cobaan yang paling berat adalah ketika kita dihadapi dengan sebuah kesenangan dan kenyamanan. Ini semua tidak bisa dipungkiri, karena terlalu banyak bukti yang nyata di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pernah dengar kisah kehidupan Qarun? Qarun dulu adalah ahli ibadah sebelum dia menjadi kaya, tetapi bagaimana kah sikapnya setelah mendapatkan kesenangan dari Allah SWT? Dia berubah menjadi orang-orang yang fasik, dia menganggap bahwa semua harta kekayaannya itu berasal dari jerih payahnya, bukan dari Allah. Sehingga Allah membenamkan ia bersama denga harta-hartanya ke dalam perut bumi.

Pernahkah kita berfikir tentang kenikmatan akhirat yang ditawarkan oleh Allah SWT? padahal itu semua lebih baik dan tiada bandingannya kalau dibandingkan dengan nikmat dunia.
“…Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah: 38)

Lalu mengapa manusia masih senantiasa mengejar nikmat dunia dibandingkan dengan nikmat akhirat? Jawabannya satu, karena nikmat akhirat tidak tampak dan tidak bisa dirasakan saat ini. Begitulah kedangkalan visi dari orang-orang saat ini. Mereka dibuai oleh nikmat-nikmat dunia yang nyata sehingga itu menumpulkan semangat mereka untuk mendapatkan suatu hal yang lebih besar dibalik semua ini. Di dalam ilmu psikologi, Piaget, seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa seorang anak-anak membutuhkan hal yang konkrit (nyata) untuk menambah pemahaman baru di dalam pemikiran mereka sedangkan orang-orang dewasa sudah bisa berfikir secara abstrak. Nah, semua kejadian ini membuktikan bahwa kedewasaan di dalam diri manusia itu masih terlalu kurang. an berharap semoga kita semua adalah orang-orang yang pemikirannya sudah dewasa sehingga kita tidak terlena dengan hal-hal yang tampak saat ini.

Saudara – saudaraku yangg dirahmati ALLAH!
Untuk itu, kita sebagai pejuang-pejuang islam di masa depan, mari kita berzuhud terhadap dunia ini. Ingat kehidupan di dunia ini hanya sementara, kita boleh mencari kesenangan dunia tetapi jangan kita jadi kan itu sebagai tujuan hidup kita, tujuan hidup kita hanya untuk Allah. Karena tawaran yang diberikan oleh Allah itu lebih baik dari pada apa yang ada didunia ini. Yakinlah akan hal itu!
Wallahu a’lam bish shawab







Sumber :  http://www.dakwatuna.com/2011/05/12236/salahkah-ketika-mendapatkan-sebuah-kesenangan/