Jumat, 13 September 2013

Apakah malu masih sebagian dari "IMAN"?


Malu adalah sebagian dari iman, tetapi kenyataannya dalam realita kehidupan ini "MALU" itu tidak menjadi bagian dari tingkah laku ataupun sikap dalam keseharian serta dalam bersosialisasi. Sungguh miris melihat hal ini, banyaknya budaya-budaya yang masuk dari luar membuat kata "MALU" itu hilang bahkan mungkin tenggelam kedasar. Saya tidak menyalahkan budaya-budaya luar yang masuk ke negara ini, tetapi bisakah kita memilah dan memilih mana yang baik untuk kita serta bisakah kita menjadi diri sendiri bukan diri orang lain. 

Renungkanlah!
Malu kah kamu bila kamu tidak beribadah sesuai yang diwajibkan?
Malu kah kamu bila berpakaian yang tidak semestinya?
Malu kah kamu tidak menjadi diri sendiri?
Malu kah kamu dengan budaya negeri sendiri?
Malu kah kamu dengan diri kamu yang sekarang?

Malu kemana kamu? Malu kini telah hilang, dan hanya segelintiran orang yang mungkin masih memiliki rasa malu. Sewaktu buka puasa bersama tahun lalu bersama teman-teman semasa sekolah menengah atas, tidak terbayangkan bahwa teman janjian saya memakai pakaian yang Masya Allah ketat, bertemu, bersapaan dan bersalaman itupun sudah banyak mata yang memandangi. Entah apakah teman saya merasa atau tidak, tetapi saya menyadari banyak mata yang memandang kearah kami. Serba salah memang, ingin mengutarakan dan menyampaikan bahwa pakaian kamu itu ketat loh ! Atau ingin menutupi bagian tubuh yang hingga kesempitan karena terlalu ketatnya pakaian itu juga serba salah.

Mengapa serba salah?
Takut dia akan tersinggung,
Takut dia marah,
Pasti akan mengatakan sok suci kamu dan bla bla bla... Sampai kata-kata yang tidak penting untuk diucapkan akan dia ucapkan.
Tak hanya sampai disitu, teman-teman yang telah berjilbab pun kini mereka berjilbab tetapi tampak telanjang. Kenapa? Karena pakaian mereka yang ketat dan pakaian sempit atau pakaian adiknya dipakai mungkin. Pernah juga menjumpai seorang mbk-mbk yang berjilbab tetapi pakaian dia sangat ketat hingga pakaian dalamnya pun sampai terterawang saking ketatnya. Ada juga seorang wanita yang berangkat dan pulang kerja menggunakan jilbab rapi dan tertutup sempurna, tetapi ditempat kerja pakaiannya pun berubah menjadi pakaian minim, dan ada yang lebih aneh lagi ada seorang wanita yang dikantornya berjilbab rapi dan tertutup sempurna tapi saat ingin menemui klien perusahaan pakaiannya berubah tentunya menjadi minim pula, kemana jilbab mu?

Jilbab itu bukan mainan, STOP buka tutup alias hari ini atau bulan ini pakaian besok udah gak sama sekali pakai, dan begitu seterusnya. Berjilbab itu hukumnya memang diwajibkan dan bukan mainan. Jadi jangan bermain-main dengan yang namanya jilbab, jika sudah berjilbab sebaiknya tetap istiqomah dalam berjilbab, jangan tergoda dengan godaan tuk buka dan tutup jilbab. Jika belum berjilbab ya disegerakan berjilbab tapi jangan buka tutup ya. Kebanyakan yang belum berjilbab pasti mengatakan "Jilbabin hati dulu baru berjilbab diri", kalau itu hati nunggu dijilbabin mau sampe kapan jilbabin diri, jilbabkan diri kamu dan perlahan-lahan kan bisa mengubah sikap yang dulu tidak baik menjadi lebih baik kedepannya.

Kemudian kalau sudah mantap berjilbab sebaiknya foto-foto didunia maya pun yang tidak berjilbab ya dihapus, karena sama saja membuka-buka aurat kita yang lalu yang belum sempat tertutup, malukan kalau dilihat orang. Cara pandang dan berpikir orang-orang itu beda loh. Jangan sampai ada seseorang yang nanti bertanya "Sebenarnya pakai jilbab atau gak sih?", "Kok foto kamu dijejaring sosial gak pake jilbab?", atau "Kamu lebih cantik gak pakai jilbab deh". Terusss... Kamu tergoda deh tuk buka-bukaan jilbab lagi setelah sempat menutup, kalau gak malu sama orang, malulah kamu sama orang tua kamu dan terutama lagi malu sama Tuhan. Bagi yang belum berjilbab ya gak apa-apa tapi pakaiannya dilonggarkan boleh kan :)

Dulu saya juga menjalani banyak cobaan tuk pertama kalinya berjilbab hingga sekarang, dengan berjilbab sekarang bisa kasih motivasi teman-teman sekolah dan kampus tuk berjilbab dan Alhamdulillah bisa meskipun jilbab mereka belum sempurna tapi itu kemajuan yang bagus bukan dan bisa sekalian juga berdakwah.

Dalam berdakwah itu penuh onak dan duri.

Dalam berdakwah tidak ada kata menyerah untuk menyebarkan kebaikan didunia.

Dalam berdakwah banyak pelajaran yang dapat kita tangkap dan ambil sebagai pelajaran hidup.

Dalam berdakwah akan indah pada waktunya nanti.

Semoga teman-teman saya dan masyarakat disekitar dalam perjalanan waktu itu dapat berubah sedikit demi sedikit. Tumbuhlah dengan perlahan dan jangan takut.
Biarkanlah orang-orang disekitar mu melihat mu bukan karena cantik dari tubuh atau paras mu, tetapi terlihat cantik karena keimanan dan tingkah laku mu.
Maaf bila ada yang merasa tersinggung, bukan maksud tulisan ini sebagai tulisan untuk menyinggung. Tetapi saya hanya menulis sesuai kejadian yang saya lihat dan memang nyata.

Mau ini; Mau itu; Mau semua


Mau ini mau itu mau semua

Jadi ingat lirik ini :
Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini ingin itu
Banyak sekali
Semua semua semua
Dapat dikabulkan
Dapat dikabulkan dengan apa?

Mau ini dan mau itu, semua mauuu...
Liat gadget baru, mau.
Liat baju baru, mau.
Liat motor baru, mau.
Liat Ipod baru, mau.
Orang pakai ini, mau.
Orang jebur sumur pasti juga...

Semuanya mau, lalu barang yang lama gimana?
Barang yang lama jelas tau jawabannya, gak terpakai. Alias disisihkan, jangan sampai seperti itu, atau kita menjadi sombong dengan apapun yang kita miliki jelasnya ya yang baru, atau menjadi sok-sok'an; sok kaya, sok cantik, sok-sok sampai terseok-seok.

Selama yang lama masih bisa digunakan kenapa gak? Atau bisa diberikan kepada saudara kita sendiri, atau malah lebih bagus lagi disumbangin. Seperti baju, sepatu, tas, kalau gadget bisa dijual terus disumbangin deh uangnya, atau kasih kesaudara terdekat kan dia bisa pakai. Beramal sedikit-sedikit tuk bekal diakhirat sana kan boleh dong, jangan senang-senang didunia diakhirat nanti tersiksa karena terlalu mementingkan urusan dunia.

Sepertinya rasa bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan kita masing-masing itu jarang dilakukan, yang hanya kita lakukan hanya mengeluh dan mengeluh. Kita lupa terhadap Tuhan disaat kita senang, lupa beribadah lalu kita kembali kepadanya hanya disaat kita sedih, gundah gulana, galau, dan terpuruk. Itu jelas buruk sekali, bagaimana bila disaat kita sedang senang tiba-tiba maut menjemput kita disaat kita tidak dalam keadaan baik, jangan sampai ya.

Sama seperti kehilangan Handphone bertubi-tubi, ya karena rasa gak bersyukura. Yang pertama sewaktu puasa kemudian tahun lalu  terjadi kehilangan lagi, itu dikarenakan saya terlalu menginginkan lebih dari apa yang saya miliki. Itu adalah rasa ketidak bersyukuran saya, dan sekarang dalam setiap aktifitas atau kegiatan yang saya lakukan saya sebisa mungkin bersyukur dan berterimakasih, masih diberi nikmatnya hidup, masih diberi nikmat untuk dapat berkumpul dan bercanda dengan orang tua saya, kemudian nikmatnya sakit, nikmatnya skripsi selesai, nikmatnya menanti wisuda, nikmatnya menanti nilai-nilai akhir nanti, nikmatnya menanti panggilan keja dan nikmatnya menanti jodoh sejati saya  hehehe...

Iri juga tidak baik, hanya membuat pikiran dan hati yang tadinya jernih jadi kotor. Ibu saya mengatakan, "kalau iri terus kapan majunya, malu udah gadis masih iri'an kaya anak kecil. Malu juga nanti sama suami kamu kelak. Nanti temen kamu jebur ke sumur ikutan, jadikan iri mu sebagai prestasi mu."

Nikmat bersyukur itu Subhanallah dasyat pengaruhnya loh, syukuri apa yang ada didiri kita dan syukuri pula apa yang kita miliki. Karena bahagia itu sederhana tersenyum dan selalu bersyukur.