Jumat, 10 Juni 2011

***Surat Cinta Za Untuk Gus***


..Aku ingin menikah..
Bu, aku ingin menikah..
Bu, aku ingin merasai memiliki suami dan anak seperti mu..
Bu, aku ingin bahagia..
Sudah jelas tampak dalam benakku, bayangan seorang suami yang berada di ruang sebelah, sedang asyik di depan komputer atau meja gambarnya, sementara aku menungguinya di kamar sambil sembahyang sunnah.. Aku tersenyum begitu ia tiba-tiba muncul memelukku dari belakang di tempat tidur kami begitu sepertiga malam terakhir hadir dan mengajakku berwudhu.
Aku bukan perempuan religius. tapi aku begitu yakin ketika menikah dengannya aku akan memperoleh ketenangan batin.

Begitu pagi, mengurusi jagoan kecilku berpakaian sambil menyanyikannya dzikir pagi hari…subhanallah ‘adada khalqi……dan merapikan dasi suamiku yang berkemeja biru langit, sambil menciumi janggutnya yang selalu bersih itu…Mereka akan bergantian memelukku dan tersenyum…”bunda, berangkat dulu yaa…”
Aku bukan perempuan berwajah teduh. tapi aku begitu yakin akan mampu meneduhkan suami dan anakku.
Dan ketika mereka tak ada, aku akan sibuk membenahi rumah dan jadi koki sambil bersenandung mengikuti irama lagu-lagu baru di radio. Menerima telepon dari sahabat-sahabatku sesekali. Melanjutkan tadarus, karena isya’ nanti suamiku akan memeriksa progressnya. Mengurusi jundi-ku ketika ia pulang dan cerita kalau ia hari ini dihajar teman-temannya….mengajar
inya untuk shalat tepat waktu dan istirahat siang..lalu aku akan asyik di perpustakaan suamiku sambil menyiapkan bahan ajar karena sore nanti murid-murid kecilku akan datang….
Aku bukan perempuan yang pandai. tapi aku mau berjuang untuk jadi pandai. Sekalipun tak kan pernah cukup bagimu.
Begitu sore menjelang, murid-muridku satu persatu pamit pulang, akan kubasuh tubuh dan kukenakan pakaian terbaikku, jilbab terbaikku, dan perhiasan yang diberi suamiku….berdandan layaknya mengunjungi teman sejawat dan sanak saudara..agar suamiku ridha melihatku ketika kami bertemu nanti. Agar penatnya segera hilang begitu kusuguhkan teh dan pisang goreng sambil ia mencium lembut pinggangku dan tersenyum..
Tuhan, aku bukan perempuan berwajah cantik. Tapi aku ingin suamiku melihatku sebagai wanita paling cantik di matanya..
Dan magrib berkunjung, kami akan asyik khusyuk shalat berjama’ah..betapa akan kukagumi bacaan sholat suamiku dan siluet tubuhnya yang tegap ketika mengimami kami, maka aku akan berdoa dan bersyukur untuknya kepada Tuhan..
Maka ketika isya’ menutup hari, jundi tertidur, suamiku akan sibuk membuatku tertawa sebelum ia kembali kepada rutinitasnya bekerja di kamar sebelah….
Bu…aku tak minta banyak, izinkan ini jadi nyata. Aku tahu nanti tak akan semulus tampaknya. Aku tahu kau khawatir kepadaku. Tapi bu, aku telah menemukan imamku, jangan engkau menolaknya, karena ia akan menjagaku lebih baik dari yang bisa ibu bayangkan. Aku tak akan benar-benar lepas dan menghilang darimu bu. Tak inginkah ibu menimang cucu ? karena aku sudah tak sabar mengandungnya..Tak inginkah ibu melihatku tersenyum dan menjadi dewasa…? karena aku sudah tak sabar menjemput kebahagiaan.
Bu, ridha lah pada ku…izinkan aku menikah..

Tidak ada komentar: