Minggu, 22 Mei 2011

Ku Yakin Sampai disana



Di tengah banyak orang complain, kritik, tidak puas, kecewa dan protes atas kinerja 100 hari pemerintahan SBY yang dianggap gagal total, SBY dengan gembira bernyanyi “Ku Yakin Sampai di Sana”.
Saya tidak ingin ikut-ikutan membicarakan kinerja 100 hari pemerintahan SBY yang diwarnai drama century, perseteruan KPK-Polisi-Kejaksaan, mobil mewah para menteri, imajinasi pembunuhan atas dirinya dan pesawat kepresidenan. Karena saya yakin kita sudah bisa membedakan dengan jernih mana komitmen mana yang sekedar retorika, mana keseriusan dan ketulusan mana yang sekedar pencitraan.
Yang ingin saya bicarakan adalah judul lagu yang baru saja di launching SBY yang menurut saya menarik. Karena berisi semangat, keyakinan dan optimisme yang semestinya dimiliki oleh setiap orang yang ingin mencapai sesuatu yang diinginkan. Keyakinan adalah teman setia yang akan membawa kita pada suatu tempat yang kita cita-cita kan.

Sementara keraguan, kebimbangan apa lagi keyakinan akan ketidakmampuan adalah teman setia mereka yang tersisih dan tertinggal. Sejauh dan sesulit apapun jarak yang kita tuju, jika keyakinan menemani perjalanan kita maka insyaAllah kita akan sampai sepanjang syarat-syaratnya terpenuhi. Tentu keyakinan menjadi tak berguna tanpa tindakan dan perbekalan yang cukup untuk bisa sampai tujuan.
Kita mungkin sering mengalami situasi dimana keinginan kita menjadi bahan tertawaan orang, atau situasi dimana banyak orang meragukan kemampuan kita. Mungkin kita menjadi kecewa dan berkecil hati, mungkin juga kita menerima rasionalitas orang-orang yang meragukan kita dan pada akhirnya kitapun berkata “ya..ini terlalu sulit” atau “ya..ini tak akan mungkin”.
Sehebat apapun kita, seterkenal apapun kita, seahli apapun kita, sesungguhnya kita tidak akan pernah terbebas sama sekali dari keraguan orang. Meski banyak orang yakin akan kompetensi kita, selalu saja ada orang yang mungkin meragukan kita.
Dan ini hal yang biasa yang pasti dialami oleh semua orang. Bahkan Nabi Musa yang telah berkali-kali membuktikan kemampuannya menolong kaumnya menghadapi Fir’aun tetap masih diragukan oleh kaumnya.
Suatu hari ketika Musa dan pengikutnya berlari dari kejaran Fir’aun dan pasukannya, mereka terjebak di pinggir laut merah. Musa dan pengikutnya dalam situasi yang terjepit. Di depan terhampar laut luas tanpa perahu sementara di belakang Fir’aun dan pasukannya semakin mendekat.
Sungguh situasi yang sulit, dimana secara logika tak ada tempat lagi untuk melarikan diri. Dalam keadaan sulit dan terjepit tersebut apa yang terjadi pada pengikut Musa?
Meski Musa pernah menunjukkan kesaktian tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular besar dan mengalahkan semua ular-ular ciptaan ahli-ahli sihir Fir’aun, tetap saja pengikut Musa ragu, tidak percaya bahwa Musa akan menemukan jalan keluar untuk menyelematkan mereka. Bahkan pengikut Musa yakin bahwa Fir’aun dan pasukannya akan berhasil menangkap mereka.
Bayangkan, di tengah situasi sulit dan terjepit, bukan musuh-musuhnya, bukan pesaing-pesaingnya, bukan orang-orang yang sakit hati dengan Musa yang meragukan kemampuannya, melainkan teman-temannya sendiri, pengikut-pengikutnya, orang-orang dekatnya sendiri yang meragukan kemampuannya.
Musa adalah contoh dari sebuah keyakinan. Musa tidak menjadi ragu karena keraguan orang-orang dekatnya sendiri. Musa yang terjepit diantara lautan dan pasukan Fir’aun, Musa yang dikelilingi oleh orang-orang yang pesimis justru dengan mantap dan penuh keyakinan berkata: “Tidak mungkin… Sesungguhnya bersama saya ada Allah, Dia pasti menunjukkan jalan keluarnya” (QS As-Syu’ara’ : 61 -62).
Dan kita semua tahu akhir dari cerita Musa. Keraguan orang lain tidak membuatnya ragu untuk sampai tujuan. Keyakinannya yang kuat bahwa Allah selalu bersamanya, dan bahwa Allah pasti menunjukkan jalan keluar telah membawa musa sampai ke seberang lautan dan menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya.
Biarlah orang lain meragukan kita, tapi janganlah sekali-kali kita menjadi orang pertama yang meragukan kemampuan kita sendiri. “Allah sesuai dengan prasangka hambanya”, begitu Nabi Muhammad pernah berkata.
Keyakinan diperlukan sebagai syarat mencapai kesuksesan. Begitu juga dengan keyakinan kita pada Islam, pada prinsip-prinsipnya, pada janji-janji ajarannya, pada manfaatnya dalam segenap aspek kehidupan kita, kita sama sekali tidak boleh ragu.
Islam datang dari Allah swt sebagai rahmat, sebagai penyembuh dan sebagai jalan keluar bagi seluruh persoalan kehidupan, oleh karenanya tidak pantas kita meragukan konsep-konsepnya. Tidak pantas kita meragukan kemampuan Islam sebagai solusi.
Mereka yang ragu Islam bisa dibawa ke panggung politik maka tidak akan pernah bisa menerapkan Islam dalam dunia politik. Mereka yang ragu Islam bisa compatible dengan dunia bisnis maka tidak akan pernah sampai mereka pada ketentraman berbisnis dengan cara Islam.
Mereka yang ragu Islam bisa memperbaiki pemeritahan, bisa menciptakan Good Government, maka tidak akan pernah ada pemerintahan yang Islami yang tercipta. Karena selalu saja ada alasan untuk melegitimasi ketidakyakinan kita untuk menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Kita yang masih kecil jumlahnya lah, kita yang poweless lah, masyarakat yang belum siap lah dan lain sebagainya hanyalah sekedar alasan-alasan yang kita ciptakan untuk melegitimasi ketidakyakinan kita sendiri atau sekedar alasan untuk menutupi ketidakmampuan kita sendiri.
Ditengah situasi politik dan ekonomi yang carut marut, ditengah situasi pasar yang tidak pasti, mari kita menanamkan kepastian pada diri kita sendiri. Mari kita membangun keyakinan yang kuat bahwa Islam adalah solusi bagi kehidupan kita baik secara pribadi, masyarakat maupun negara. Semoga bukan Cuma SBY yang bisa berkata “Ku Yakin Sampai di Sana”, melainkan juga kita semua.



Sumber : http://muliaok.wordpress.com/2010/04/05/ku-yakin-sampai-disana/

Tidak ada komentar: